Prof. Dr. Achmad Mochtar

Prof. Dr. Achmad Mochtar

------------------------------------------

Sang Putra Pasaman - Sumatera Barat



Seorang Putra Kebanggaan Negeri Pasaman yang tidak banyak diketahui sejarah kelahiran dan kehidupannya.


Lahir di Bonjol, Pasaman, bersuku Piliang, Prof. Dr. Achmad Mochtar (1891-1945) telah melangkah jauh menjadi ilmuwan kelas dunia. Disertasi doktornya di Belanda telah menggugurkan hipotesis penyebab "Demam Kuning" penemuam Prof. Hideyo Noguchi, ilmuwan hebat Jepang yang enam kali dinominasikan pemenang Hadiah Nobel Kedokteran. Puncak reputasi Mochtar ialah pribumi Indonesia pertama yang menjadi Direktur Lembaga Eijkman. Kini namanya diabadikan menjadi nama RSUD Provinsi Sumatera Barat di Bukit Tinggi (RS Dr. Achmad Mochtar).


Christiaan Eijkman, pendiri lembaga yang kini bernama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, adalah pemenang Hadiah Nobel Kedokteran 1929 berkat penemuannya atas penyakit beri-beri dan konsep vitamin B1 sebagai obatnya. Pada masanya, Lembaga Eijkman yang berdiri di Batavia 1888 adalah lembaga riset untuk penyakit-penyakit tropis paling terkemuka di dunia. Di lembaga itulah Achmad Mochtar berkarier sebagai satu-satunya orang pribumi di antara sekitar selusin ilmuwan Belanda, bahkan Mochtar berhasil menjadi direkturnya.


Sebelum mencapai puncak kariernya di dunia ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran, Achmad Mochtar telah pula berjasa dalam "Perang Malaria" di Tapanuli dan "Perang Lepra" di Jawa Tengah bersama Prof. Dr. Sardjito.


Hidup Mochtar berakhir tragis, karena dirinya dijadikan tumbal oleh pemerintah pendudukan Jepang dengan tuduhan menyabotase vaksin maut Jepang yang membunuh ratusan (Bung Karno menyebut puluhan ribu) Romusha dalam Tragedi Romusha Klender 1944. Mochtar dieksekusi pancung oleh Kenpeitai Jepang 3 Juli 1945. Beliau merelakan nyawanya demi membebaskan 18 sejawatnya yang ditangkap dan disiksa Jepang hingga dua orang telah meninggal sebelumnya.


Tabir akhirnya terkuak. Berdasarkan penelusuran tak kenal lelah Prof. Sangkot Marzuki (Direktur Lembaga Eijkman 1992-2014) dan sejawatnya Dr. J. Kevin Baird dari Amerika, terungkap bahwa Tragedi Romusha Klender adalah kejahatan perang Jepang paling keji selama masa pendudukan di Indonesia. Buku Prof. Sangkot & Dr. Baird terbit pertama kali di Amerika 2015 berjudul "War Crimes in Japan - Occupied Indonesia" dan edisi bahasa Indonesia terbit September 2020 lalu dengan judul "Eksperimen Keji Kedokteran Panjajahan Jepang : Tragedi Lembaga Eijkman & Vaksin Maut Romusha 1944-1945".


Adakah Mochtar dibunuh Jepang hanya untuk menutupi kejahatan kemanusiaan dalam Tragedi Klender, atau juga ditambah karena dendam atas disertasi Mochtar yang telah menggugurkan hipotesis Prof. Hideyo Noguchi tentang demam kuning, sehingga vaksin yang sudah akan diproduksi oleh/dengan sponsor Rockefeller Foundation akhirnya batal (catatan : Potret Prof. Noguchi diabadikan dalam mata uang 1.000 yen jepang).


#Sebuah_Inspiratif_dari_Nagari_Pasaman

#Pasaman_Sumbar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Takut Jatuh, Gagal dan Salah (Kata:Buya Hamka)